Kamis, 13 Juni 2013

Efektivitas Support Group Therapy untuk Meningkatkatkan Konsep Diri Remaja dari Keluarga Single Parent


 Persoalan single parent seringkali dikaitkan dengan perasaan kehilangan figur ayah atau ibu. Single parent dapat disebabkan karena perceraian maupun kematian. Anak cenderung merasa dirinya sendiri, dan merasa berbeda dengan teman sebayanya yang lain. Evaluasi negatif atas perpisahan orang tua membuat remaja kurang maksimal dalam memahami kelebihan dan kekurangan dirinya, penilaian negatif tentang diri, dan merasa pesimis akan masa depan. Oleh karenanya, perlu adanya penanganan melalui support group therapy dimana remaja dapat saling mendapat masukan dan dukungan dari orang lain yang mengalami masalah yang sama. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas support group therapy dalam meningkatkan konsep diri remaja dari keluarga single parent.
Penelitian ini berjenis eksperimen kuasi, yaitu dengan desain pretest post test one group design. Teknik sampling yang digunakan adalah non random. Sampel penelitian diambil dari tiga sekolah dengan karakteristik yang berbeda, yaitu STM (SMK PGRI 3), SMEA (SMK Muhammadiyah 2), dan SMAN 1 Batu. Sedangkan analisa data yang dipakai adalah statistik non parametrik, two related sample T-test dengan bantuan program SPSS versi 13.0 for windows.
Hasil analisis data menunjukkan ada peningkatan konsep diri pada kelompok subyek. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji beda non parametrik pre-test dan post test dengan tingkat signifikansi 0,001 yang mana lebih kecil dari  0,05 sehingga dikatakan signifikan (H1 diterima) yang bermakna ada perbedaan antara hasil pre test dan post test pada kelompok subyek setelah diberikan support group therapy. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa support group therapy efektif dalam meningkatkan konsep diri remaja dari keluarga single parent. Kenaikan konsep diri dikarenakan support group therapy mampu mengajak subyek untuk dapat membuka diri, mengenali dan menerima segenap kelebihan dan kekurangan diri serta mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri subyek untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan meningkatkan kepercayaan diri.
Penelitian ini merupakan satu bentuk terapi yang digunakan untuk mengembalikan kepercayaan diri anak-anak yang mengalami trauma akan kehilangan salah seorang atau kedua orang tua. Orang tua adalah figur yang wajib dimiliki oleh anak dalam perkembangannya menapaki masa demi masa kehidupan. Jika salah satu atau bahkan keduanya hilang (meninggal atau berpisah), akan memberikan dampak psikologis pada anak.

 

Selasa, 11 Juni 2013

materi OUT BOND n kelengkapannya




GAME
Alat dan Bahan
Keterangan
Bom  (tim gegana&forensik)
·Tali tampar kecil=
·Kaleng kosong =
·Karet ban=
·Slayer=
·Peluit=
·Stop watch=
·Lembar instruksi=
Kecuali slayer disiapka oleh tim outbond
Kereta buta
·      Slayer=
·      Lembar instruksi=
·      Rintangan=
Kecuali slayer disiapkan oleh tim outbond
Tali Kusut
·      Tali tampar =
·      Peluit=
Kecuali slayer disiapkan leh tim outbond
Steping stone
·      Balok 2 kaki=
·      Balok 3 kaki=
·      Balok 4 kaki=
·      Lembar instruksi=
·      Ban=
·      Peluit=
Tim outbond

Jumat, 31 Mei 2013

PERILAKU AGRESIF PADA SISWA AUTIS DI SEKOLAH INKLUSIF




Autisme adalah salah satu fenomena klinis yang sudah tak lagi asing di kalangan masyarakat. Salah satu permasalahan yang dialami anak dengan gangguan autis adalah perilaku agresif. Anak menjadi sulit mengendalikan emosinya karena deficit yang mereka alami. Beberapa anak mengalami hambatan berkomunikasi, gangguan sensori,dan permasalahan lainnya. Hambatan inilah yang kemudian membuat anak menjadi kurang mampu membangun komunikasi dengan orang lain sehingga muncul kecenderungan perilaku agresif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui faktor penyebab pada siswa autis berperilaku agresif, bentuk perilaku agresif dan upaya yang dilakukan untuk mereduksi perilaku agresif. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan wawancara dan observasi pada guru dan orang tua, sedangkan observasi dilakukan pada aktivitas anak sehari-hari di sekolah inklusi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab perilaku agresi terjadi karena proses imitasi dan ketidaknyamanan subyek akan gangguan sensoris yang dialaminya. Bentuk-bentuk perilaku agresif yang sering muncul adalah memukul, menendang, mencekik leher, berlarian dan memukul-mukul kepala sendiri, dan perilaku agresif verbal tidak langsung seperti berbohong. Upaya yang dilakukan untuk mereduksi perilaku ini adalah memberikan pemahaman terhadap subyek akan resiko terburuk yang akan dialami, dan mengalihkan perilaku agresif ini dengan mengalihkan aktivitas subyek seperti berolahraga dan bermain komputer.

GUIDE INTERVIEW PSB (Penerimaan Santri Baru)




A. Riwayat Keluarga
1.      Bagaimana hubungan anda dengan orang tua?
2.      Dengan siapa anda merasa lebih dekat?
3.      Bagaiman pola asuh yang ada di keluarga anda?
pola asuh bagaimana yang sesuai dengan anda sekarang?
4.      Gambarkan hubungan anda dengan saudara-saudara anda?
5.      Bagaimana pandangan anda tentang sosok ibu anda?
6.      Bagaimana pandangan anda tentang sosok ayah?
7.      Dengan siapa anda merasa dekat. serta apa yang membuat anda lebih dekat dengan beliau?
8.      Dalam mengambil keputusan siapa yang berpengaruh dalam diri anda?

KEGIATAN OPERASIONAL BK




A. program harian/mingguan/bulanan
       Pada dasarnya program kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan olehguru pembimbing berlangsung setiap hari, setiap minggu, sepanjang semester dansepanjang tahun.Oleh karena itu dalam program kegiatan harian / minggu / bulan ini, kami mencobamenuangkan kedalam jenis-jenis layanan yang diperkirakan menjadi kebutuhan siswadan perkiraan volume kegiatan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, sarana dan prasarana yang tersedia.