Sungguh luar biasa perjuangan cinta kasih seorang ibu yang mendambakan si buah hati begitulah sekilas yang terlintas dalam fikiranku. tak pernah terbayang sedikitpun perjuangan melahirkan seorang anak kedunia ini sebelemnya begitu sulit, namun hal itu terjadi manakala sudah saatnya saya dinobatkan menjadi seorang ayah. Sungguh merasa terharu, bahagia, bangga semua hal yang bisa diucapkan rasa senang dengan hadirnya buah hati dalam kehidupan kami.
Tak sengaja saya baca diary istri perihal proses persalinan yang luar biasa hebat serta penuh perjuangan, bahkan dengan luar biasanya istri sampai bertaruh mengorbankan hidupnya demi lahirnya si buah hati kami. Sejenak coba saya bagi cerita ini sebagai siapa tau dapat memberikan inspirasi buat pembaca.
Rabu, tgl 17
september --- Nah! jadwal periksa dokter kandungan seperti biasa
di UK 39w3d. Waktu itu aku antrian nomor
dua baru datang langsung masuk ke ruang periksa. Alhamdulillah kata dokter
ketuban cukup dan jernih, placenta di atas, tidak ada lilitan tali pusar,
semuanya lengkap tapi posisi bayi telentang /menengadah atau letak puncak jadi
kata dokter bakalan sulit sekali untuk melahirkan normal. Dan posisi seperti
itu menyulitkan bayi untuk turun dan
mencari jalan lahir. Aku jadi ingat temen kerjaku yang punya riwayat sama dan
dia melahirkan SC. Setelah mendengar
penjelasan dokter aku kepikiran banget dan kuatir banget. Karena aku dan
suamiku ga menyiapkan biaya untuk lahir SC. Untungnya suamiku menguatkan dan
memberi motivasi kalau aku yakin dan terus berdoa insya Allah aku bisa
melahirkan alami. Hmm jadi makin sayang sama suami. Aku beruntung banget punya
suami yang telaten. Malem harinya aku dan suami melakukan relaksasi
hypnobirthing seperti biasa dan memberikan afirmasi positif pada diri sendiri
dan bayiku supaya dia merubah posisinya.
“ Anakku yang
sholih/sholihah ayo rubah posisimu, ayo telungkup ga boleh telentang biar kamu
bisa cari jalan lahir dengan mudah. Ayo bantu bunda dan ayah. Ayo bantu bunda untuk
melahirkanmu secara alami tanpa induksi, rangsangan obat atau operasi. Kita
berdoa sama-sama, kita berdoa sama Allah agar semua menjadi mudah, karena hanya
Dia yang bisa menolong kita.”
Kurang lebih begitu
afirmasi yang aku sampaikan ke bayiku. Dan hal itu ku lakukan sesering
mungkin terutama seusai sholat.
Keesokan harinya……
Kamis, tgl 18
september --- aku mencoba
alternatif ikhtiar lain. Aku memutuskan
untuk terapi akupresur yang menekankan pijatan pada titik2 tertentu pada bagian
tubuh. Sebelumnya aku tanya pada terapis apa dia sanggup membantuku merubah
posisi bayi dia menjawab “saya usahakan, karena sulit kalau sudah hamil tua
apalagi Sembilan bulan”. Aku ga peduli mau sulit mau ga bisa yang penting ada
usaha dulu. Akhirnya aku di terapi bun. Terapinya ga sakit, saat di terapi aku
merasakan bayiku bergerak terus. Sang terapis juga mencari titik kontraksiku.
Terapis bilang aku harus kembali hari sabtu sebelum HPL tiba. Okelah kalo
beggitu …
Jum’at, tgl 19
september---- malam hari
sekitar jam 11 tiba-tiba perutku sakit,
seperti nyeri haid dan perutku kenceng-kenceng. Aku masih cuek biasanya
kayak gini hanya kontraksi palsu.
Sabtu, tgl 20
september ---- jam 01.00
perutku kontraksi lagi, miss V seperti disundul2 .ku hitung jeda kontraksinya
masih 30 menit sekali. Aku bolak-balik ke kamar mandi dan ga bisa tidur.
Sampai-sampai suamiku juga ga tidur takut lahiran malem ini. Walhasil dia
nungguin terus sampai subuh datang eh kontraksi malah ilang. Kontraksi timbul
lagi malemnya dan tambah sakit. Tapi kali ini suamiku tertidur pulas
meninggalkanku kesakitan ( hmm kasian mungkin dia kecapean).
Minggu, 21 september---
pagi hari aku jalan-jalan keliling kampong sama suami sekalian yang jauh biar
debay cepet turun. ba’da ashar aku baru
punya inisiatif periksa ke bubid dekat rumah. Sampai disana langsung di VT
bun..wah bu bidan yang satu ini kalau VT agak kasar aku tahan deh rasa
sakitnya. Bu bidan bilang baru pembukaan1.
Wihh aku kaget padahal ga da flek ga ada lendir. dalam hati mungkin nanti malem udah lahir si
debay. Makin malam makin sakit makin kenceng perutku bun. Udah meringis nahan
sakitnya. Udah pengen ke RS aja buat ngamar tapi kata ibuku tahan aja dulu
sakitnya sampai sakit banged.
Wadaw ibu ini udah sakit banged, masih ada
yang banged banged kah sakitnya. Tengah malem aku
bangunin suami biar siap-siap ke RS karena aku udah ga tahan. Malem-malem
akhirnya pergi ke RS boncengan bertiga. Nyampe di RS di VT lagi hmm bunda tar
kalo di VT yang rileks ya jangan kaya aku ampe susternya marah2 karena aku ga
rileks. Susternya bilang masih buka 2 tipis. Ya Allah lama banged bukaan segini
aja udah sakit bangedapalagi tangga berikutnya. Setelah itu aku di CTG dan
hasilnya normal.
Senin, 22 september --- hari itu hari perkiraan lahir aku masih di
RS dan ga bisa tidur sama sekali. Aku Cuma kasian sama ibu dan suamiku yang
nungguin ikut ga tidur juga. Hmm mereka emang bener2 berharga untukku. Oh iya
bunda aku masuk ke RS ini pake BPJS tapi tetep bayar Karena RS swasta.
Yasudahlah paling bayar separuh. Setelah sholat subuh aku di check VT lagi
bukaan Cuma naik 1 tingkat dan aku memilih untuk pulang saja istirahat di
rumah. Pagi menjelang siang aku ngerasa ada yang keluar dari miss V, bener aja
lendir dan darah banyak banged. Rasa sakitnya juga makin banged, yang bisa ku
lakukan mondar-mandir elus2 perut sama sekali ga bisa istirahat bun. Siangnya
aku pingsan mungkin karena lelah dan nahan sakit berhari-hari. Ibu dan suamiku
panic nyari tumpangan mobil tapi ga dapet akhirnya aku milih naik motor aja.
Tahu ga bun ternyata Faskesku ngerujuk ke bu bidan bukan ke RS yang sebelumnya.
Ya sudah aku langsung pergi ke bu bidan, sampai disana Cuma ada asistennya
langsung cek VT bukaan 3, eh si asisten nelpon temennya lagi kayaknya dia ga
yakin pas VT aku bun, hmmmm walhasil aku di VT lagi (kyak uji coba ja sudah)
emank enak pa di VT terus toh hasilnya tetep sama bukaan 3. Si asisten bilang
“kalo di VT itu mba ga boleh sering2 minimal 4 jam sekali baru di VT lagi.”
Yahhh belum lama dia bilang gitu, selang berapa jam eh ada bidan Nita datang mau
periksa.
Ya Allah Rabbi ……..
udah berapa kali dapet sentuhan menyakitkan katanya ga boleh sering2. Yowes
nurut aja. Bukaan naik satu tingkat menjadi 4 dan bukaan 4 ini bertahan sampai
malam bun padahal yang barengan aku melahirkan udah lahir duluan. Aku bilang
sama suami kalo aku udah ga tahan sakitnya dan lagi-lagi aku pingsan bun. Bu
bidan udah datang dan nawarin aku buat infus karena kondisiku udah lemah
takutnya ga kuat ngejan. Jam 12 teng! aku di VT masih bukaan 7-8 sakitnya
subhanallah yang ga kuat itu bun nahan ngejan. Aku bolak-balik kamar mandi ku
pikir mau BAB tapi ibuku bilang itu bukan BAB tapi bayinya dah mau turun. Ga
tahan pengen BAB si asisten rangsang aku buat BAB kayak dimasukin selang gitu
ke dubur. Alhamdulillah aku langsung BAB tapi tetep aja ada yang ganjel pengen
ngejan terus.
Selasa, 23
september---- Jam 3 di cek
bukaan masih tetep 7-8 sedangkan aku udah ga kuat nahan pengen ngejan. Bu bidan
bilang dikit lagi bibir vagina sebelah kanan masih tebel. Oh mY God dengan cara
apa lagi aku nahannya tarik nafas dalam2 lalu hembuskan udah ga ngefek
banged,aku udah remes2 tangan suami,
udah nyubit2 tangan ibuku bahkan si Assisten juga jadi sasaran. Aku curi-curi
untuk ngejan untungnya si bu bidan diem
aja. Ngeliat aku kesakitan dan ngejan terus bu bidan akhirnya ambil keputusan
untuk mecahin ketubanku, kepala debay udah dibawah banged kendalanya Cuma bibir
vagina sebelah kanan tebel jadi ga buka2. YA Allah mudahkanlah, Ya Allah
selamatkan aku dan bayiku, kalaupun akhirnya Kau ambil aku lebih dulu aku ikhlas asal bayiku selamat. Aku berpikiran
apa karena posisiny telentang jadi sulit sekali buka 10. Kondisiku juga udah
lemah. Aku ngeliat ibu dan suamiku udah pada nangis dan terus aja dzikir dan
bilang “kudu kuat yo nak” Bu bidan juga terus
kasih motivasi aku “Ayo semangat mbak! Tiap kali kontraksi dan pengen ngejan,
ngejan aja” Entah berapa kali aku ngejan bun,
bu bidan teriak “aYo semangat mbak bayinya putar paksi” aku tambah
semangat bun dan entah kekuatan dari mana aku ngejan terakhir dan ……….akhirnya
ku dengar tangisannya, keras banged bunda dia lahir pas seusai sholat subuh. Subhanallah lega
banged bun. suami dan ibuku langsung sujud syukur. Suami nyium aku sambil
bilang “terimakasih bunda, bunda memang luar biasa” ga lama kemudian bapakku
masuk dan bilang” itu namanya perempuan sejati nduk!”
Alhamdulillah rasa
syukur tak terhingga bunda, akhirnya aku bisa melahirkannya dengan alami tanpa
induksi, rangsangan atau operasi. Dia pintar bunda, dia mendengarkan afirmasi2
yang aku sampaikan selama dalam kandungan. Posisinya ternyata udah berputar dan
itu amazing n subhanallah ! .Sekali lagi pertolongan Allah sungguh nyata. Tak
usah takut dan khawatir yang penting positif thinking dan yakin bisa!. Doa itu
kekuatan terbesar dalam hidup kita bun! Terus berdoalah!
Kunci dari perjuangan orang yang kita kasihi terletak sejauh mana rasa cinta, dukungan kita terutama dalam hal ini adalah suami. Sekilas mungkin suami berpendapat itu sudah tugas istri yang melahirkan. waaaaaaaait saya rasa itu adalah statement yang bodoh suami jika membiarkan istri menanggung sendiri. justru sebaliknya peran suami dalam mensupport istri yang akan melahirkan sangat diharapkan istri. Disitulah letak kedekatan, rasa care kita, serta betapa pentingnya kehadiran si kecil ditengah-tengah kita. Subhanallah rasa syukur, takjub selalu terucap untuk mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepada kita.
My baby girl lahir
dengan berat 3kg dan panjang 49 cm. kami memberi nama dia FiLza Hanun
Ufairah. Terimakasih untuk para bunda yang udah memberikan semangatnya
meski kita belum pernah ketemu, terima kasih untuk sharingnya terutama bunda-bunda
HPL SEPT-OKT semoga Allah memberikan kebaikan pada kalian semua. Maaf kalau
terlalu panjang ceritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar